APA ITU FENOMENOLOGI ?
Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phaenaesthai, yang mengandung arti menunjukkan dirinya sendiri (Hasbiansyah, 2008). Istilah yang lain dari fenomenologi adalah phainomenon. Secara harfiah fenomenologi berarti nampak atau menampakkan diri. Fenomena merupakan fakta yang disadari dan masuk dalam pemahaman manusia. Fenomenologi menggambarkan pengalaman manusia yang terkait dengan objek (Kuswarno, 2009). Fenomenologi adalah pendekatan filsafat yang memusatkan perhatian pada gejala yang membanjiri kesadaran manusia, menurut Bagus dalam (Hasbiansyah, 2008). Ilmu bisa diperoleh dengan mengalami secara sadar suatu peristiwa. Dalam fenomenologi tidak ada teori, tidak ada hipotesis, dan tidak ada sistem (Hasbiansyah, 2008).
Fenomenologi melihat, merekam, mengonstruk realitas dengan menepis semua asumsi yang mengontaminasi pengalaman konkret manusia (subjek). Itu sebabnya fenomenologi disebut sebagai cara berpikir yang radikal. Fenomenologi menekankan upaya menggapai “esensi”, lepas dari segala presuposisi dengan cara “kembali kepada halnya sendiri”— sebagaimana akan kita lihat dalam uraian selanjutnya—tanpa pengaruh apa pun juga, apakah metafisika, sains agama, takhayul, mitos, kebudayaan, kepercayaan, dan sebagainya. Semuanya harus dihindari, sehingga fenomena tampak jernih sejernih-jernihnya.
Cara berfilsafat fenomenologis yang demikian ini tak pelak, kemudian menjadi salah satu arus pemikiran yang paling berpengaruh pada abad ke-20. Di antara tokoh yang mendapat pengaruh fenomenologi antara lain filsuf Ernst Cassirer (neokantianisme), McTaggart (idealisme), Frege (logisme), Dilthey (hermeneutika), Kierkegaard (filsafat eksistensialisme), dan Derrida (postrukturalisme). (Adian, 2010: 4).
Di tangan para eksponen dan penganutnya, fenomenologi berkembang menjadi, tidak saja aliran filsafat yang selanjutnya menjadi suatu “ajaran”, tetapi fenomenologi juga menjadi metode atau cara memperoleh pengetahuan secara purified. Prof. Drijarkara (2006: 1319-36) dalam karya lengkapnya menjelaskan hal ini dengan membedakan dua cabang mengenai fenomenologi: yaitu fenomenologi sebagai sebuah ajaran dan fenomenolgi sebagai suatu metode. Baik sebagai filsafat maupun sebagai metode, ciri khas fenomenologi adalah hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat dicapai jika kita mengamati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas (Driyarkara, 2006: 1324).
Komentar