Dunia Islam Dalam Perkembangan Keilmuan Geografi
Ilmu geografi tumbuh dan berkembang dari awal peradaban manuisa. Sesungguhnya Munculnya pemikiran geografis dapat dikatakan sejalan dengan munculnya peradaban umat manusia. Pada saat manusia secara naluriah mengenal upaya untuk mempertahankan diri dan mengembangkan eksistensinya di permukaan bumi. Pada dasarnya mereka telah berfikir geografis. Tentang apa yang dapat dimakan, dimana mendapatkan makanan, kapan dapat diperolehnya, mengapa bahan pangan ada di wilayah tertentu dan bagaimana memperoleh makanan.
Walaupun demikian, Dasar-dasar perkembangan geografi pada umumnya orang masih merujuk pada apa yang dikembangkan para pakar pada masa Yunani kuno.
Eratosthenes (276-196 SM) adalah tokoh yang pertama menyebut dirinya sebabagai ahli geografi dan memperkenalkan istilah geografi lewat buku yang ditulisnya dengan judul “Geographika”, yang meliputi bab-bab tentang pengetahuan geografi fisik (perubahan hubungan darat, laut dan arus laut,), geografi astronomi serta bab yang berisi uraian tentang negeri dan bangsa-bangsa (Khoe Soe Khiam, p.10). disamping itu dia juga orang pertama yang melakukan pengukuran besarnya bola bumi. Dilanjutkan dengan Strabo (66-24 M) yang meletakkan pandangan dasar yang sekarang ini menjadi ciri utama pendekatan kajian geografi, yaitu keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Lalu Claudius Ptolomeus yang menyempurnakan metode penentuan lokasi tempat-tempat di permukaan bumi dengan penggunaan sistem garis bujur dan garis lintang.
Perkembangan ilmu pengetahuan termasuk juga geografi telah berhasil dibuahkan dalam satu kurun waktu sekitar 400 tahun dari 250 SM- 200 M. Keadaan ini dimungkinkan oleh adanya suasana kehidupan intelektual dan politik yang menunjang. Para ahli bebas mengemukakan pendapatnya tentang berbagai peristiwa atau kejadian di Bumi. Baik orang awam atau pun pakar geografi mendapatkan kesempatan yang luas untuk mengadakan perjalanan. Sehingga keilmuan geografi sangat dibutuhkan dalam memecahkan permasalahan keruangan dalam mengenai arah, jarak, letak tempat-tempat dan hubungan kenampakkan dengan kenampakkan lain.
Pada kurun waktu 200-1200 merupakan jaman kegelapan bagi pertumbuhan geografi dan pengetahuan perpetaan. Keadaan demikian itu berkaitan erat dengan perjalanan sejarah eropa. Keadaan politik yang tidak mendukung. Dimana eropa menjadi negara kecil yang saling berperang, sehingga tak memungkinkan untuk melakukan perjalanan. Rasa ingin tahu akan apa yang ada diluar cakrawala pun sukar dikembangkan. Juga diwarnai dengan kehidupan yang diwarnai dengan dominasi gereja. Peta yang berkembang adalah peta-peta yang dirujuk oleh tokoh gereja.
Pengetahuan geografi dan perpetaan yang telah berkembang tidak sepenuhnya lenyap selama abad pertengahan. Orang-orang Islam di dunia Arab masih meneruskan dan mengembangkan lebih lanjut tradisi ilmu geografi, Khususnya setelah keberhasilan ekspedisi kekuasaan Islam ke Eropa pada abad ke delapan. Antara tahun 800 hingga 1400 pengetahuan geografi, perpetaan dan kosmografi yang dikembangkan para ahli Islam dapat dikatakan cukup maju dan dikembangkan dari berbagai macam sumber. Sarjana-sarjana Muslim tidak hanya menterjemahkan karya-karya yunani tetapi juga mengkombinasikannya dengan pengetahuan yang telah berkembang di pusat kebudayaan di mesir, india, dan persia. Serta perjalanan langsung ke berbagai penjuru dunia.
Perkembangan keilmuan geografi di dunia Islam terutama disebabkan oleh hal sbb: 1 Perdagangan yang cukup ramai meliputi 3 benua. 2. Bahasa dan agama yang sama. 3. kesultanan yang mendukung sepenuhnya keilmuan. 4. Penterjemahan karya yunani dlam bahasa arab. 5. Berkembangnya ilmu dasar (Biologi, ilmu hitung, kedokteran dll).
Untuk keperluan perjalanan cendekiawan muslim memerlukan pengetahuan lokasi tempat secara sama, lebih-lebih ketika Kekuasaan Islam terbentang dari pakistan hingga pantai atlantik dan meliputi seluruh pantai utara Afrika dan sejumlah kawasan di Eropa. Sumbangan dunia Islam meliputi pengetahuan Klimatologi (termasuk angin munson), morfologi, proses geologi, sistem mata pencaharian, organisasi kemasyarakatann, mobilitas penduduk, serta koreksi akan kesalahan yang tertulis pada buku yang ditulis ptolomeus.
Karya-karya sarjana Muslim seperti Al-Biruni, Ibnu Sina, Ai Istakhiri, Al Idrisi, Ibn Khaldun dan Ibn Batuta telah menjadi dasar pemicu kembalinya perkembangan ilmu pengetahuan. Bukan hanya geografi namun juga dalam berbagai ilmu lain. Karena demikian besar jasanya dalam geografi dan Kartografi, Al-Idrisi diangkat diangkat sebagai penasihat dan pengajar di istana raja Sicilia, Roger II (1154), dan akhir-akhir ini namanya (Idrisi) diabadikan untuk nama perangkat lunak yang dikembangkan Universitas Clark di Worcester (Amerika Serikat) untuk alat bantu analsisis geografi, citra digital, kartografi, dan sistem informasi geografis (Prahasta p.15)
Sumber:
Suharyono.2005.Dasar-dasar kajian Geografi Regional.Semarang:UNNES Press.
Walaupun demikian, Dasar-dasar perkembangan geografi pada umumnya orang masih merujuk pada apa yang dikembangkan para pakar pada masa Yunani kuno.
Eratosthenes (276-196 SM) adalah tokoh yang pertama menyebut dirinya sebabagai ahli geografi dan memperkenalkan istilah geografi lewat buku yang ditulisnya dengan judul “Geographika”, yang meliputi bab-bab tentang pengetahuan geografi fisik (perubahan hubungan darat, laut dan arus laut,), geografi astronomi serta bab yang berisi uraian tentang negeri dan bangsa-bangsa (Khoe Soe Khiam, p.10). disamping itu dia juga orang pertama yang melakukan pengukuran besarnya bola bumi. Dilanjutkan dengan Strabo (66-24 M) yang meletakkan pandangan dasar yang sekarang ini menjadi ciri utama pendekatan kajian geografi, yaitu keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Lalu Claudius Ptolomeus yang menyempurnakan metode penentuan lokasi tempat-tempat di permukaan bumi dengan penggunaan sistem garis bujur dan garis lintang.
Perkembangan ilmu pengetahuan termasuk juga geografi telah berhasil dibuahkan dalam satu kurun waktu sekitar 400 tahun dari 250 SM- 200 M. Keadaan ini dimungkinkan oleh adanya suasana kehidupan intelektual dan politik yang menunjang. Para ahli bebas mengemukakan pendapatnya tentang berbagai peristiwa atau kejadian di Bumi. Baik orang awam atau pun pakar geografi mendapatkan kesempatan yang luas untuk mengadakan perjalanan. Sehingga keilmuan geografi sangat dibutuhkan dalam memecahkan permasalahan keruangan dalam mengenai arah, jarak, letak tempat-tempat dan hubungan kenampakkan dengan kenampakkan lain.
Pada kurun waktu 200-1200 merupakan jaman kegelapan bagi pertumbuhan geografi dan pengetahuan perpetaan. Keadaan demikian itu berkaitan erat dengan perjalanan sejarah eropa. Keadaan politik yang tidak mendukung. Dimana eropa menjadi negara kecil yang saling berperang, sehingga tak memungkinkan untuk melakukan perjalanan. Rasa ingin tahu akan apa yang ada diluar cakrawala pun sukar dikembangkan. Juga diwarnai dengan kehidupan yang diwarnai dengan dominasi gereja. Peta yang berkembang adalah peta-peta yang dirujuk oleh tokoh gereja.
Pengetahuan geografi dan perpetaan yang telah berkembang tidak sepenuhnya lenyap selama abad pertengahan. Orang-orang Islam di dunia Arab masih meneruskan dan mengembangkan lebih lanjut tradisi ilmu geografi, Khususnya setelah keberhasilan ekspedisi kekuasaan Islam ke Eropa pada abad ke delapan. Antara tahun 800 hingga 1400 pengetahuan geografi, perpetaan dan kosmografi yang dikembangkan para ahli Islam dapat dikatakan cukup maju dan dikembangkan dari berbagai macam sumber. Sarjana-sarjana Muslim tidak hanya menterjemahkan karya-karya yunani tetapi juga mengkombinasikannya dengan pengetahuan yang telah berkembang di pusat kebudayaan di mesir, india, dan persia. Serta perjalanan langsung ke berbagai penjuru dunia.
Perkembangan keilmuan geografi di dunia Islam terutama disebabkan oleh hal sbb: 1 Perdagangan yang cukup ramai meliputi 3 benua. 2. Bahasa dan agama yang sama. 3. kesultanan yang mendukung sepenuhnya keilmuan. 4. Penterjemahan karya yunani dlam bahasa arab. 5. Berkembangnya ilmu dasar (Biologi, ilmu hitung, kedokteran dll).
Untuk keperluan perjalanan cendekiawan muslim memerlukan pengetahuan lokasi tempat secara sama, lebih-lebih ketika Kekuasaan Islam terbentang dari pakistan hingga pantai atlantik dan meliputi seluruh pantai utara Afrika dan sejumlah kawasan di Eropa. Sumbangan dunia Islam meliputi pengetahuan Klimatologi (termasuk angin munson), morfologi, proses geologi, sistem mata pencaharian, organisasi kemasyarakatann, mobilitas penduduk, serta koreksi akan kesalahan yang tertulis pada buku yang ditulis ptolomeus.
Karya-karya sarjana Muslim seperti Al-Biruni, Ibnu Sina, Ai Istakhiri, Al Idrisi, Ibn Khaldun dan Ibn Batuta telah menjadi dasar pemicu kembalinya perkembangan ilmu pengetahuan. Bukan hanya geografi namun juga dalam berbagai ilmu lain. Karena demikian besar jasanya dalam geografi dan Kartografi, Al-Idrisi diangkat diangkat sebagai penasihat dan pengajar di istana raja Sicilia, Roger II (1154), dan akhir-akhir ini namanya (Idrisi) diabadikan untuk nama perangkat lunak yang dikembangkan Universitas Clark di Worcester (Amerika Serikat) untuk alat bantu analsisis geografi, citra digital, kartografi, dan sistem informasi geografis (Prahasta p.15)
Sumber:
Suharyono.2005.Dasar-dasar kajian Geografi Regional.Semarang:UNNES Press.
Komentar